Minggu, 29 Oktober 2023 – 12:54 WIB
Jakarta – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan perasaan sedih dan terluka partainya saat ini. Hal itu terkait dengan hubungan PDIP dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Juga :
Golkar: Langkah Gibran Cawapres Inspirasi Anak Muda Jadi Pemimpin Indonesia
“PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan Rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini. Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto dalam keterangannya yang diterima awak media, Minggu, 29 Oktober 2023.
Baca Juga :
Singgung JK, Demokrat Bilang Begini soal Status Gibran di PDIP
Hasto mengatakan, partainya sering memberikan keistimewaan kepada keluarga Jokowi, namun tidak dibalas, justru ditinggalkan.
“Kami sangat mencintai dan memberikan privilege yang sangat besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar aturan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” kata Hasto.
Baca Juga :
Alshad Ahmad Diam-diam Ikut Acara Partai, Netizen Komen Ketus
Seluruh simpatisan, anggota, dan kader Partai, lanjut Hasto, belum merasa puas setelah bekerja dari lima pilkada dan dua kali pilpres.
“Itu adalah bentuk rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih untuk diam. Namun setelah apa yang disampaikan oleh Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, dan lainnya bersama para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi, dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami,” kata Hasto.
Diketahui, hubungan Jokowi dan PDIP merenggang seiring pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres pendamping Prabowo Subianto. Padahal, PDIP dan koalisinya sudah mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai capres dan cawapres 2024.
Halaman Selanjutnya
“Itu adalah bentuk rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih untuk diam. Namun setelah apa yang disampaikan oleh Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, dan lainnya bersama para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi, dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami,” kata Hasto.