portalberita.live update berita harian kriminal,artis,gosip,olahraga,politik
Berita  

Pemulung yang Maju Bersama

Siti Salamah, seorang wanita berhijab, merasa cemas dan khawatir ketika akan mengunjungi sebuah lapak pemulung di daerah Warung Jengkol, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Namun, perasaan takut tersebut tak membuatnya mundur, Siti tetap mengikuti suara hatinya dan berdoa. Sesampainya di lokasi, Siti langsung bertemu dengan bos lapak untuk menyampaikan tujuannya, yaitu mengajar anak-anak pemulung di sana. Keinginannya mendapat respons positif dari bos lapak dan warga di lokasi tersebut.

Awalnya, Siti tidak pernah terpikir untuk mengajar di lapak pemulung tersebut. Namun, seorang teman memberitahunya tentang permukiman itu dan menawarkannya untuk mengajar di sana. Meski sulit pada awalnya, Siti berusaha memberikan pengertian kepada anak-anak pemulung tentang pentingnya pendidikan. Dia mulai dengan mengajar mengaji.

Siti memberi nama tempat belajarnya Taman Magrib Mengaji. Setiap hari setelah pulang kerja, dia mengajar di sana tanpa dibayar. Ada sekitar 20 anak dari berbagai usia yang mengikuti pendidikan nonformal di kelas tersebut. Melihat banyaknya anak yang putus sekolah di lokasi tersebut, Siti menghubungi home schooling Kak Seto di Tangerang Selatan agar mereka dapat melanjutkan pendidikan secara gratis di sana. Meski tidak semua formulir sekolah diterima oleh orang tua muridnya, Siti tetap berusaha membantu anak-anak pemulung mendapatkan pendidikan.

Selama mengabdikan dirinya untuk pemulung, Siti menghadapi berbagai rintangan dan bahkan mengalami penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan tifus. Namun, keberadaannya sangat berarti bagi anak-anak pemulung tersebut. Pada suatu titik, Siti merasa disakiti dengan sikap dan perkataan mereka sehingga memutuskan untuk berhenti mengajar selama dua bulan. Namun, anak-anak pemulung meminta maaf dan memohon agar Siti kembali mengajar. Siti tergerak oleh permohonan mereka dan kembali mengajar. Dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang tepat untuk membantu pemulung.

Kegiatan Siti tidak hanya sebatas mengajar anak-anak, dia juga membentuk komunitas Rumah Pohon yang melibatkan orang dewasa. Taman Magrib Mengaji kemudian menjadi bagian dari Rumah Pohon. Komunitas ini mengadakan berbagai kegiatan seperti mengaji, berbagi masalah, pemeriksaan kesehatan, kerja bakti, upacara, dan merayakan Hari Kemerdekaan RI.

Rumah Pohon akhirnya menjadi bagian dari Waste Solution Hub (Wastehub). Wastehub merupakan inovasi sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dengan pendekatan ekonomi sirkular dan sistem teknologi terintegrasi. Wastehub menjadikan pemulung sebagai mitra dan memberdayakan mereka. Siti berharap dengan adanya Wastehub, pemulung tidak lagi diremehkan.

Selama ini, Wastehub telah melibatkan ribuan pemulung, peserta, dan relawan dalam berbagai kegiatan. Mereka juga memberikan pelatihan kepada pemulung, termasuk pembuatan kerajinan tangan dari barang bekas. Pelatihan ini memberikan penghasilan tambahan bagi pemulung.

Sudarti, pemilik lapak pemulung di Cipadu, Tangerang Selatan, juga mengungkapkan bahwa kegiatan Wastehub sangat bermanfaat bagi pemulung dan anak-anak mereka. Selain pelatihan, mereka juga diajarkan mengaji dan diberi bantuan sembako. Sudarti berharap agar kegiatan tersebut terus berlanjut dan membuat pemulung bisa lebih maju.

Siti pun memiliki harapan yang sama. Dia ingin pemulung bisa mencapai masa depan yang lebih cerah. Dia merasa bangga melihat beberapa mantan anak didiknya berhasil melanjutkan pendidikan, menjadi guru, atau menjadi asisten chef. Prestasi mereka merupakan kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata baginya.

Kegiatan Wastehub tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga memberdayakan pemulung dan memberikan mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Exit mobile version