Pertamina memilih Sulawesi Tengah sebagai lokasi pengembangan pengetahuan dalam pemberdayaan konservasi hutan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat suku adat dan masa depan Indonesia dalam melestarikan hutan lindung yang masih alami.
Pertamina memilih masyarakat adat Sea-sea di Dusun Kokolomboi sebagai mitra dalam pengembangan pengetahuan tentang pengelolaan hutan yang masih banyak tanaman dan makhluk hidup. Yermin Yanggolo, Ketua kelompok masyarakat adat Dusun Kokolomboi, menjelaskan bahwa saat ini masyarakat adat Sea-sea tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pengetahuan yang lebih sejak dini.
Masyarakat adat Dusun Kokolomboi berharap untuk mendapatkan pelatihan mengenai flora dan fauna endemik yang ada di Kokolomboi. Mereka mengungkapkan bahwa mereka hanya akan menerima bantuan dari kelompok masyarakat yang bergerak dalam kelembagaan, bukan dari pemerintah.
Pertamina memberikan bantuan kepada Dusun Kokolomboi dengan menambah lahan perhutanan. Selain itu, Pertamina juga memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat adat setempat. Program ini mengintegrasikan pendekatan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosio-kultural.
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini di antaranya adalah meningkatkan tutupan vegetasi dan pakan satwa melalui pembibitan dan penanaman, zonasi kawasan hutan konservasi, dan pemantauan indeks keanekaragaman hayati. Selain itu, Pertamina juga melakukan pembangunan infrastruktur pendukung seperti landmark, gapura, papan informasi, dan pemasangan panel surya.
Program ini merupakan komitmen Pertamina dalam mendukung lingkungan dan kinerja operasional produksi migas. Pertamina juga mendukung Sustainable Development Goals khususnya dalam pengurangan kesenjangan sosial, penanganan perubahan iklim, dan pelestarian ekosistem.
Untuk menjaga keberlanjutan program ini, Pertamina juga meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat melalui pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan. Pertamina juga menciptakan inovasi budidaya lebah madu batu dan lebah hutan yang ramah lingkungan. Program ini berdampak positif bagi masyarakat adat, seperti Labi Mopok yang telah beralih menjadi petani madu.
Dengan adanya program ini, masyarakat adat sudah mampu melestarikan hutan dan flora serta fauna di Kokolomboi. Program ini juga mendorong transformasi perilaku kelompok binaan menjadi pejuang lingkungan.
Halaman Selanjutnya