portalberita.live update berita harian kriminal,artis,gosip,olahraga,politik
Berita  

YLKI Menantang Calon Presiden untuk Beradu Ide tentang Pengendalian Konsumsi Rokok demi Menciptakan Generasi Tanpa Cemas

Jumat, 26 Januari 2024 – 11:40 WIB

Jakarta – Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, memberikan tantangan pada ketiga pasangan calon presiden, untuk membeberkan strategi mereka dalam mengendalikan konsumsi rokok di masyarakat.

Menurutnya, hal itu sangat penting bagi upaya memperkuat kualitas generasi penerus bangsa, demi menyambut Indonesia Emas 2045. Sebab, menurutnya dampak dari tingginya konsumsi rokok, nantinya juga akan ikut menentukan kualitas dari sumber daya manusia (SDM). “Mana ada dari capres capres ini yang berani bicara pengendalian konsumsi rokok,” kata Tulus di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dikutip Jumat, 26 Januari 2024.

Padahal, Dia menegaskan bahwa hal itu merupakan salah satu aspek terpenting, terutama dalam upaya mewujudkan generasi emas di 2045 dan bonus demografi di 2030. “Tapi persoalan di hulunya saja tidak diatasi,” ujarnya.

Tulus menilai, apabila pengendalian konsumsi rokok tidak dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, maka generasi emas yang dicita-citakan Indonesia itu tidak akan tercapai. Karena, konsumsi bahan yang dinilai negatif seperti rokok ini nantinya juga bisa berdampak pada gaya hidup yang tidak sehat ke depannya. “Saya berani jamin. Kenapa? Karena konsumsi rokok yang sangat diminati itu menjadi persoalan gaya hidup yang tak bisa dihindari. Sehingga rakyat itu menjadi tidak sehat, karena tingginya konsumsi merokok dan tingginya preferensi merokok di anak-anak remaja,” kata Tulus.

Bahkan, Tulus berkelakar bahwa apabila nantinya pengendalian konsumsi rokok itu tidak dilakukan menyeluruh dari hulu ke hilir, maka yang ada nantinya bukanlah Generasi Emas melainkan Generasi Cemas.

“Jadi nanti kalau ada generasi emas, bonus demografi, adanya ya generasi yang sakit-sakitan, generasi yang bengek. Karena gaya hidupnya tidak sehat,” ujar Tulus.

“Ini supaya bonus demografi atau generasi emas itu tidak menjadi mitos dan tidak menjadi mimpi, dengan gaya hidup yang tidak sehat. Jadi bukan gaya hidup program generasi emas, tapi generasi cemas. Orang tuanya cemas, anak-anaknya juga cemas,” ujarnya.