Kamis, 21 Maret 2024 – 22:06 WIB
GAZA – Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza mengatakan baru-baru ini mengenai kondisi kelaparan di Jalur Gaza yang disebut “belum pernah terjadi sebelumnya”.
Awal pekan ini, sebuah laporan dari inisiatif Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) menegaskan bahwa kelaparan akut semakin dekat merata di Gaza utara dan kemungkinan akan memuncak sebelum bulan Mei tahun ini kecuali terjadi gencatan senjata. Laporan tersebut juga menemukan bahwa seluruh penduduk Jalur Gaza, sekitar 2,23 juta orang, menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi dan, dalam skenario yang paling mungkin, diperkirakan 1,1 juta orang – setengah dari populasi – akan mengalami kelaparan. tingkat kelaparan diprediksi pada pertengahan Juli.
International Networking for Humanitarian (INH) sebagai lembaga yang memiliki perwakilan di Jalur Gaza aktif menyalurkan bantuan masyarakat Indonesia ke Jalur Gaza sebelum dan setelah agresi 7 Oktober. Hingga hari ini, INH terus memperbaharui berbagai jenis kebutuhan urgen untuk masyarakat Gaza yang mengungsi ke Khan Younis, selatan Gaza.
INH bisa tembus ke zona merah yang dijaga ketat oleh banyak pasukan Israel dari berbagai arah, Gaza utara. Lokasi ini merupakan zona paling parah yang terdampak agresi kali ini. Kelaparan menimpa warga yang masih terjebak di utara, mengakibatkan 23 anak-anak Gaza meninggal karena malnutrisi akut dalam beberapa hari saja di sana.
Tim relawan INH di lapangan berhasil menyalurkan beberapa jenis bantuan untuk warga Gaza utara, diantaranya: 5000 makanan hangat (HOT MEALS), 500 paket sembako (FOOD PARCELS), dan 250 penghangat berupa selimut, matras dan pakaian. Bantuan ini disalurkan di seputaran Gaza utara Jabalia, Bayt Lahiya, Bayt Hanoun, dan Shujaiya.
“Tim kami di Gaza bekerja di bawah ancaman serangan udara, darat dan bahkan duka kehilangan kerabat dekat mereka, namun mereka terus bekerja menyampaikan amanah masyarakat Indonesia melalui kami, mereka adalah para pahlawan yang sesungguhnya,” ujar Presiden Direktur INH, Luqmanul Hakim, pada 21 Maret 2024.
Luqmanul menambahkan, INH telah menyalurkan berbagai jenis bantuan dari Gaza utara ke Gaza selatan selama periode 5 bulan ini. Mulai dari paket penghangat seperti selimut, matras dan pakaian, sayur mayur, air bersih, paket makanan hangat, sembako, daging, uang tunai hingga bantuan untuk kebutuhan sehari-hari lainnya secara terus menerus memanfaatkan persediaan terbatas walaupun mahal di Jalur Gaza.
Dalam lima bulan, anggaran yang sudah dikeluarkan untuk proyek tersebut berkisar pada $418.146 (Rp6,5 miliar) dengan jumlah penerima manfaat 75,986 KK atau setidaknya 379.930 warga di sepanjang Jalur Gaza bekerja sama dengan berbagai komunitas kemanusiaan serta relawan lokal. Menurutnya, tantangan harga kebutuhan pokok yang meroket tajam sejak agresi tidak menjadi masalah utama, terbatasnya barang-barang dan akses kemanusiaan yang membuat saat ini menjadi barang langka. Blokade dari berbagai arah telah membuat kelaparan dan malnutrisi akut mengancam warga sama besarnya dengan serangan udara dan darat pasukan Israel.
Karenanya, pejabat PBB Andrea De Demenico yang saat ini ada di Rafah mengatakan kepada media, “Kita berbicara tentang 1,1 juta orang. Jika Anda membandingkan dengan konteks lain – misalnya pada puncak kelaparan di Yaman – ada 150.000 orang (kelaparan) di skala 5. Di sini, kita berbicara tentang 1,1 juta orang. Jadi, ini belum pernah terjadi sebelumnya.” Fase 5 dianggap adalah yang paling dahsyat dan mengindikasikan rumah tangga pada fase tersebut dihadapkan pada kekurangan pangan yang ekstrim dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, termasuk air dan sanitasi. Intinya 1,1 juta orang akan hanya bisa mengandalkan bantuan kemanusiaan dari luar, karena kebutuhan pokok habis jika tidak ada gencatan senjata dan blokade semakin ketat. INH juga berkordinasi dengan para pelajar Indonesia di Mesir secara intens untuk meningkatkan kebutuhan pokok dari luar Gaza jika kebutuhan sudah semakin urgen.