Sabtu, 23 Maret 2024 – 04:06 WIB
Demak – Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid menjelaskan, meskipun terjadi penurunan tanah di wilayah pesisir Demak, Jawa Tengah, sekitar 5-11 sentimeter per tahun, Selat Muria tidak akan terbentuk dalam waktu dekat seperti yang kini ramai dibicarakan.
Wafid menjelaskan bahwa wilayah pesisir atau dataran pantai merupakan area yang sangat berubah akibat proses geologi, kondisi oseanografi, dan klimatologi.
Secara umum, proses pembentukan wilayah ini masih berlangsung hingga kini melalui proses transportasi, pengendapan, dan konsolidasi sedimen, sehingga rentan terhadap bencana seperti banjir rob, penurunan tanah, dan abrasi. Menurut penelitian Badan Geologi, daerah Demak dan sekitarnya mayoritas terdiri dari endapan kuarter yang terdiri dari endapan aluvial pantai atau aluvium.
Survei geofisika menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Badan Geologi mengungkapkan adanya lapisan sedimen yang lembut dan tebal. Pemboran hingga kedalaman 100 meter di dataran aluvium menunjukkan dominasi lapisan lempung yang lunak dan secara umum terkonsolidasi secara normal, dengan sedikit campuran pasir yang terlepas.
“Kondisi itu menyebabkan mudah mengalami pemampatan alamiah maupun pemampatan karena beban antropogenik yang dikerjakan di wilayah tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tanah,” ujar Wafid, dikutip dari Antara Jumat, 22 Maret 2024.
Di beberapa lokasi di wilayah pesisir, ketinggian daratan lebih rendah daripada permukaan air laut, sehingga saat terjadi banjir rob, air laut dapat merembes masuk ke daratan. Wafid menjelaskan, faktor-faktor utama yang memengaruhi banjir rob saat ini adalah tingginya curah hujan, kerusakan pada infrastruktur tanggul, dan kondisi lapisan tanah di bawah permukaan yang didominasi oleh lapisan lempung lunak yang cenderung tidak tembus air, sehingga memperlambat proses pengeringan air setelah banjir surut.
Di samping itu, banjir rob juga menyebabkan banjir yang signifikan di wilayah pesisir dan dapat menyebabkan genangan air yang berlangsung cukup lama.
“Secara teori, Selat Muria mungkin saja terbentuk kembali, yakni apabila terjadi proses geologi yang dahsyat, misalnya terjadinya gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar yang menyebabkan terjadinya amblesan tiba-tiba dan mencakup areal yang luas,” ujarnya.
Amblesan tiba-tiba atau graben merupakan salah satu bahaya tambahan yang dapat timbul sebagai dampak dari gempa bumi, selain dari risiko guncangan langsung dan terjadinya patahan pada permukaan sesar. Dia berpendapat bahwa penurunan tanah saja tidak akan menjadi faktor penyebab terbentuknya kembali Selat Muria.
“Kalau pun terjadi akan memerlukan waktu yang sangat lama (skala waktu geologi; ratusan sampai ribuan tahun) dan kecepatan penurunannya harus seragam mulai dari Demak hingga Pati,” pungkasnya.