Senin, 17 Juni 2024 – 20:22 WIB
Jakarta – Tahap menginap atau yang dikenal sebagai mabit di Mina, saat ini telah memasuki hari kedua. Secara bertahap, jemaah haji Indonesia melakukan lempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik.
Bagi jemaah haji yang tidak mampu untuk melakukan aktivitas tersebut, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji atau PPIH Arab Saudi, menyarankan agar tidak memaksakan diri. Namun, mereka dapat menggantikan lempar jumrah dengan badal atau diwakilkan.
“Jemaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia, disabilitas, serta jemaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar tenda Mina,” tegas Kepala Daerah Kerja Makkah yang juga Ketua Satuan Tugas Mina, Khalilurrahman, di Mina, Senin 17 Juni 2024.
Imbauan ini juga disampaikan karena suhu yang sangat panas di Mina. Menurut Khalilurrahman, suhu di Mina mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Selain itu, perjalanan dari tenda Mina menuju Jamarat cukup jauh, sekitar 4 km untuk sekali jalan.
“Jemaah dapat menunjuk orang lain atau petugas untuk melaksanakan lempar jumrah,” ujarnya.
Melihat kondisi seperti itu, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah KBIHU diminta untuk mengkoordinasikan penggantian lempar jumrah bagi seluruh jemaah yang lanjut usia, risiko tinggi, disabilitas, sakit, lelah, dan tidak sehat secara fisik.
Mabit di Mina menjadi tahapan tersulit dari fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab, jemaah tinggal lebih lama di tenda Mina dan terdapat aktivitas lempar jumrah. Oleh karena itu, menjaga kesehatan sangat penting. Jemaah diminta untuk tidak memaksakan diri saat melontar jumrah.