Pada Rabu, 15 Januari 2025, warga Dusun Bendo, Desa Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dihebohkan dengan pembongkaran belasan makam yang semula dikeramatkan namun diduga palsu. Hal ini terjadi setelah deretan makam tokoh di Situs Kumitir atau Istana Bhre Wereng dinilai tak memiliki sejarah yang jelas. Hanya dua makam yang memiliki nama tertera di batu nisannya, yaitu Syech Mustofa Raden Cokrobuwono dan Nyai Dewi Gondo Sari. Sementara, makam Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang, meskipun tidak memiliki nama di batu nisannya, diyakini oleh warga sebagai pendiri Dusun Bendo.
Organisasi Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto pertama kali mempertanyakan sejarah makam-makam tersebut. Mereka melakukan penelusuran sejarah dengan menggali informasi dari warga setempat dan sumber sejarah lainnya. Hasilnya, tidak ada catatan sejarah yang meyakinkan tentang riwayat makam di Situs Kumitir atau Istana Bhre Wereng. Hanya dua makam, yaitu Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang, yang disepakati sebagai makam asli oleh warga.
Setelah melakukan rapat koordinasi, diputuskan untuk membongkar makam-makam tersebut, kecuali dua makam yang diyakini asli. Makam-makam palsu tersebut diperkirakan dibangun pada tahun 2018 oleh seseorang bernama Sholeh. Namun, Sholeh tidak mampu memberikan bukti sejarah yang meyakinkan tentang keberadaan makam-makam tersebut. Satu-satunya informasi yang jelas adalah bahwa makam palsu itu dibangun di atas tanah kas desa (TKD) dan tanahnya dikembalikan ke pemerintah desa setelah pembongkaran.