Rencana merger antara Honda dan Nissan telah gagal. Meskipun berita tentang kedua perusahaan otomotif Jepang tersebut menjajaki kemitraan cukup mengejutkan, namun tidak menawarkan keuntungan yang jelas bagi keduanya. Nissan mendapat kritik karena Honda enggan bergabung dengan produsen mobil yang sedang mengalami masalah.
Meskipun rencana merger gagal, Nissan tidak pergi dengan tangan hampa. Kegagalan pacaran ini dapat dilihat sebagai sebuah peringatan bagi CEO Nissan, yang menyadari perlunya melakukan restrukturisasi perusahaan yang berjalan lambat. Kegagalan dalam negosiasi dengan Honda membuat Nissan menyadari tantangannya.
Lebih dari satu dekade setelah memperkenalkan mobil listrik pertama ke pasar AS, Nissan belum bisa mempertahankan keunggulan tersebut. CEO Nissan, Makoto Uchida, kini mendorong reformasi dalam perusahaan, termasuk pemangkasan peran kepemimpinan hingga 20%, menutup pabrik yang tidak efisien, dan meninjau kembali kemitraannya. Pernyataan CEO Honda, Toshihiro Mibe, menambahkan ketegangan antara kedua perusahaan.
Meskipun memiliki produk yang sudah usang dan kurang kompetitif, Nissan perlu melakukan perubahan yang lebih drastis untuk tetap relevan dalam pasar otomotif yang semakin kompetitif, terutama di pasar seperti China. Maka dari itu, langkah-langkah berani harus diambil agar Nissan dapat terus bersaing dalam dekade-dekade mendatang. Jika tidak, ada pelajaran yang bisa dipetik dari Honda.