Di Kota Ruteng Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat Madrasah Deen Assalam yang menjadi cahaya bagi anak-anak tidak mampu dan yatim. Dengan motto “Ilmu Kudapat, Syurga Kuraih”, madrasah ini dibangun dengan visi menciptakan generasi Muslim Hafiz Quran. Pendirinya, Bripka Syamsuddin, seorang polisi, bersama istrinya, Rini Mulyasari, mendirikan sekolah Islam ini karena minimnya lembaga pendidikan Islam di kota tersebut.
Madrasah ini sederhana namun penuh harapan. Dengan tiga ruang kelas, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, dan fasilitas MCK yang terbatas, Madrasah Deen Assalam menjadi tempat yang sarat akan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam. Meskipun terbatas, semangat belajar dan kehidupan selalu berkobar di madrasah ini.
Untuk memberikan akses pendidikan kepada anak-anak kurang mampu dan yatim, yayasan ini memutuskan untuk membebaskan biaya sekolah. Anak-anak dari keluarga mampu diminta membayar sejumlah uang, sedangkan bagi yang tidak mampu atau yatim, sekolah ini disediakan secara gratis. Namun, para guru yang terlibat dalam madrasah ini hanya mendapatkan gaji sebesar Rp500 ribu per bulan, jumlah yang dinilai tidak layak.
Meskipun menghadapi keterbatasan dana, Bripka Syamsuddin dan Rini Mulyasari tidak pernah menyerah. Mereka bahkan harus menjual rumah tempat tinggalnya untuk membiayai pembelian lahan sekolah dan membangun tambahan ruang kelas. Meskipun banyak tantangan, visi mereka tetap jelas: memberikan pendidikan berkualitas tanpa membedakan status sosial atau keuangan. Karena bagi mereka, pendidikan adalah hak setiap anak yang harus diakses tanpa hambatan.