Pada Senin malam, 12 Mei 2025, terjadi bentrokan bersenjata di ibu kota Libya, Tripoli. Namun, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia memastikan bahwa para Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini tinggal di Libya dalam keadaan aman dan tidak terkena dampak dari kejadian tersebut. Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, menyatakan bahwa KBRI Tripoli terus memantau situasi keamanan dan kondisi para WNI di Libya setelah kejadian tersebut.
Menurut Judha, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut, dan saat ini semua WNI berada dalam keadaan aman dan tenteram. Pihak Kemlu RI dan KBRI Tripoli telah berkomunikasi dengan para WNI di Tripoli, meminta mereka untuk meningkatkan kewaspadaan, mengikuti perkembangan situasi keamanan dari pihak berwenang setempat, dan terus berhubungan dengan KBRI.
Di Libya, terdapat 535 WNI yang tinggal di negara itu, di mana 302 di antaranya tinggal di Tripoli. Mayoritas dari mereka adalah pekerja migran, baik yang bekerja profesional maupun di sektor domestik, serta terdapat pula mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat. Judha juga menyampaikan bahwa dalam situasi darurat, WNI di Libya dapat segera menghubungi hotline KBRI Tripoli untuk bantuan.
Bentrokan bersenjata yang terjadi di sejumlah wilayah di selatan Tripoli dilaporkan telah menewaskan Kepala Keamanan Dewan Kepresidenan Libya, Abdel Ghani Al-Kikli. Pasukan Jenderal Khalifa Haftar bersiap untuk bertempur di Tripoli, sementara otoritas pertahanan Pemerintahan Persatuan Nasional (GNU) Libya menyatakan bahwa operasi militer di Tripoli telah selesai. Kejadian ini telah menewaskan enam orang menurut dinas darurat setempat. Sejak penggulingan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi pada tahun 2011, Libya menjadi negara yang tidak bersatu akibat munculnya pemerintahan tandingan. Permasalahan antara GNU di Tripoli dan Pemerintahan Stabilitas Nasional (GNS) di Tobruk masih berlanjut, dengan dukungan dari Marsekal Khalifa Haftar.